Gisella Anastasia, selebritis yang disangkakan dalam kasus video seks yang melibatkan dirinya, akhirnya dibebaskan oleh Polda Metro Jaya setelah ditahan dan ‘diadili’ selama lebih dari sepuluh jam. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, pembebasan Gisel dilakukan demi alasan kemanusiaan karena Gisel masih memiliki balita berusia empat tahun.
Sungguh sebuah alasan konyol! Entah berapa orang yang telah ditahan polisi yang pastinya juga ada yang memiliki anak balita. Tidakkah demi alasan kemanusiaan pula, para tahanan tersebut turut dibebaskan pula oleh polisi?
Tampaknya polisi kehabisan ide mencari alasan tepat untuk menahan Gisel, sebab memang sejak awal penyanyi jebolan Indonesian Idol tersebut tidak melakukan pelanggaran hukum yang menyebabkan statusnya dijadikan tersangka dan harus ditahan.
Penetapan Gisel sebagai tersangka kasus video porno yang berujung pada penahanannya oleh pihak kepolisian, sesungguhnya merupakan bentuk eksploitasi terhadap identitas Gisel sebagai figur publik dan aktivitas seksual pribadinya. Selayaknya Gisel adalah korban dari pencemaran nama baik dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh netizen yang berupaya untuk panjat sosial demi meningkatkan popularitas di akun media sosial mereka.
Gisel Sebagai Korban Eksploitasi Popularitas
Mencuatnya video aktivitas seksual Gisel dan Nobu bermula dari PP & MN yang mengunduh konten tersebut di akun media sosial mereka. Alasan keduanya menempatkan video tersebut di laman media sosial mereka adalah untuk meningkatkan jumlah followers. Jumlah followers media sosial selalu diyakini sebagai indikator popularitas di jagad maya.
Demi popularitas, PP & MN memanfaatkan popularitas Gisel sebagai selebritis dengan mengunduh video aktivitas seksual Gisel. Terbukti video tersebut akhirnya menjadi viral dan memunculkan skandal besar di penghujung 2020.
Upaya yang dilakukan PP & MN untuk kepentingan pribadinya sesungguhnya adalah pelanggaran yang merugikan orang lain. Demi konten dan popularitas jagad maya, PP & MN telah mengeksploitasi Gisel yang berstatus sebagai public figure. Upaya panjat sosial PP & MN ini telah merugikan dan merusak nama baik Gisel, terlebih karena urusan pribadi Gisel pada akhirnya diketahui oleh publik.
Dengan merebaknya konten privat ini ke ranah publik, tak urung persoalan ini pun menjadi makanan empuk bagi media. Berita tentang seks sendiri pada dasarnya telah memiliki suatu newsworthy sebab selalu melibatkan drama yang sensasional. Kemudian lagi-lagi status selebritas Gisel semakin menambah kuat nilai berita tersebut: maginitude (daya tarik/kebesaran suatu berita), prominence (keterkenalan), dan konflik (pro-kontra yang memandang tindakan Gisel sebagai amoral, karena pada saat video tersebut direkam Gisel masih merupakan istri Gading Marten).
Gisel Sebagai Korban Eksploitasi Seksual
Pembuatan video adegan bercinta tersebut sama sekali tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi tontonan umum. Video tersebut dimaksudkan untuk kepentingan pribadi.
Ada banyak alasan personal yang menyebabkan seseorang ingin merekam kegiatan seksualnya, antara lain untuk meningkatkan libido dan gairah seks, pemenuhan fantasi seksual bersama pasangan, hingga apresiasi terhadap tubuh sendiri dan pasangan. Sebelum merekam adegan bercinta pun, terlebih dulu pasangan harus tahu jika aktivitasnya sedang direkam.
Bahkan jika perlu ada perjanjian yang menyebutkan bahwa pemeran dalam video seks tersebut tidak terkena masalah di kemudian hari yang dapat merusak nama baik dan kehormatan mereka. Kecuali untuk kepentingan industri film porno, pada hakikatnya pembuatan video seks adalah untuk kepentingan pribadi yang harus mengedepankan keamanan privasi!
Ketika PP & MN secara sadar mengunduh konten privat ini menjadi konsumsi publik, PP & MN telah melakukan pelecehan seksual terhadap Gisel dan Nobu karena telah mengekspos bagian tubuh Gisel dan Nobu tanpa seizin mereka berdua. PP & MN adalah kriminal yang telah melecehkan Gisel dan Nobu dengan mempertunjukkan tubuh keduanya ke pada orang-orang yang tidak berhak.
Politisasi Kasus Gisel oleh Negara dan Kaum Bermoral
Sementara itu, jutaan kecaman datang terhadap perilaku Gisel dan Nobu datang menyerang dari para kaum bermoral. Percakapan di jagad maya beramai-ramai menghakimi Gisel sebagai pezina yang memang patut dihukum karena telah melanggar norma susila dan agama karena melakukan hubungan seks di luar nikah. Tudingan semakin berat, sebab Gisel saat itu masih terikat dalam pernikahan.
Padahal apa yang dilakukan Gisel dan Nobu tidak merugikan pihak manapun. Tidak ada yang tahu masalah apa yang terjadi dalam rumah tangga Gisel-Gading saat itu sehingga Gisel melakukan upaya lain untuk memenuhi hasrat seksualnya. Namun penghakiman dunia maya terus bermunculan lewat derasnya kata-kata hujatan terhadap Gisel. Sementara pengecaman itu terus diungkapkan, beramai-ramai pula para pengecam itu mencoba mencari dan meononton ‘momen 19 detik’ tersebut.
Soe Tjen Marching dalam bukunya Seks, Tuhan, & Negara mengungkapkan, sesungguhnya kasus video seks yang melibatkan selebritis selalu dipenuhi nafsu audiens untuk menyaksikan adegan-adegan percintaan tersebut. Nafsu tersebut timbul akibat hasrat seksual kebanyakan audiens tidak tersalurkan sebagaimana mestinya.
Minimnya pengetahuan tentang seks juga menjadikan seks sebagai topik yang masih sangat tabu untuk dipergunjingkan di depan khalayak ramai. Dengan demikian, seks kemudian dilabeli sebagai tindakan imoral jika dilakukan di luar ketetapan yang telah disahkan oleh norma dan hukum buatan negara.
Atas alasan moralitas ini lah maka cukup banyak yang mendukung Gisel sebagai tersangka dan seharusnya ditahan, walaupun secara aturan pidana tidak ada satu hal pun yang dilanggar oleh Gisel dan Nobu saat merekam video aktivitas seksual mereka.
Eksploitasi Gisel sebagai pemeran video seks tersebut juga bisa jadi merupakan salah satu manipulasi politik untuk meredam isu yang lebih besar. Di negara-negara lain, kasus seks sering dijadikan cara untuk meredam ketegangan politik yang tengah berlangsung saat itu. Contohnya tuduhan sodomi yang dilakukan oleh tokoh politik Anwar Ibrahim yang merupakan sosok oposisi paling mengkhawatirkan bagi Mahatir Mohammad sebagai Perdana Menteri Malaysia saat itu.
Secara kasat mata para pejabat publik di negara ini tampak lebih bermoral dan kerap mengecam tindakan seks di luar nikah, sehingga sangat sulit untuk ‘mengorbankan’ salah satu pejabatnya dalam skandal seks. Oleh sebab itu, mendomplang kasus seks yang melibatkan figur terkenal lainnya juga tetap ampuh untuk meredam isu politik yang sedang hangat terjadi, misalnya dugaan pelanggaran HAM yang dilakukan negara saat menangkap Habieb Rizieq dan pembubaran organisasi Front Pembela Islam.
Apa yang lebih heboh dari skandal seks yang melibatkan figur seterkenal Gisel?
*sumber foto: Okezone Celebrity