Penampakan Ibu Mejikom dalam cuplikan iklan Ramayana Department Store besutan sutradara Dimas Djayadiningrat selama bulan Ramadhan sontak menghebohkan para warganet di jagad maya. Para netizen kreatif pun langsung membuat memes sehingga si Ibu Mejikom jauh lebih viral dibandingkan iklan aslinya.
Beragam kreasi konten yang dibuat dengan tampilan sederhana untuk tujuan hiburan dapat dikategorikan sebagai konten receh. Dalam hal ini, receh berarti tidak memerlukan usaha dan biaya yang besar untuk membuat kontennya. Memes dapat dikategorikan sebagai konten receh karena membuatnya murah dan mudah. Tinggal tergantung kreatifitas si kreator konten dalam mencari inspirasi pembuatannya.
Mengapa Konten Receh Begitu Hits?
Berseliwerannya berbagai informasi di internet, baik berupa audio, visual, teks, atau gabungan ketiganya, menjadikan internet sebagai medium yang riuh. Berbeda dengan media arus utama (televisi, radio, dan media cetak) yang memiliki editor sebagai penyaring informasi, internet sama sekali tidak memiliki penyaring sehingga audiens bisa mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan informasi yang diinginkan.
Kegaduhan informasi ini pada akhirnya mengharuskan produser konten di dunia maya untuk menciptkan konten yang menarik dan langsung dilirik oleh audiens. Salah satu alternatif untuk menarik perhatian warganet adalah dengan menciptakan konten receh.
Meski tidak menggunakan desain grafis yang luar biasa dan narasi yang menggugah, konten receh bisa langsung menempel di hati para audiens. Isi pesan yang terkandung dalam konten receh begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga audiens merasakan adanya kedekatan emosional karena konten tersebut menggambarkan realitas yang audiens alami dalam kehidupan nyata.
Cara penyampaian konten receh pun terkadang tak biasa. Sering kali kreator menampilkan cara yang lucu, unik, bahkan konyol demi menarik perhatian. Semakin konyol, konten tersebut akan semakin viral karena audiens banyak membagikannya di akun media sosial hingga instant messenger.
Pemasaran Receh yang Tak Receh
Meski penyampaian pesan menggunakan effort yang receh, bukan berarti penggunaan konten receh serta merta dianggap murahan. Konten receh bukan sekedar simplifikasi narasi atau gambar untuk menghemat biaya dan tenaga, melainkan agar pesan yang disampaikan oleh kreator konten langsung tepat pada sasaran audiens dengan hal yang langsung bersinggungan dengan kehidupan mereka.
Sudah banyak perusahaan-perusahaan besar memanfaatkan konten receh sebagai sarana pemasaran produk. Ambil contoh seperti sindiran yang dilakukan oleh franchise fast food terkemuka Wendy’s yang menyindir burger Big Mac McDonald’s dengan mengambil salah satu adegan dan dialog di film Avengers: Infinity War. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kalau burger Wendy’s jauh lebih baik dibandingkan McDonald’s.
Sama seperti sarana marketing pada umumnya, konten receh digunakan untuk meningkatkan brand awareness agar audiens selalu mengingat produk yang mereka pasarkan. Agar komunikasi pemasaran juga berjalan baik, kreator pun harus jeli menangkap tren yang heboh pada saat membuat konten receh agar konteks pesan yang disampaikan tetap up to date dengan kondisi kekinian.
Konten Receh dan Pemilih Muda
Kesuksesan penggunaan konten receh sebagai salah satu metode pemasaran produk juga dapat diaplikasikan oleh institusi politik dan pemerintahan. Memiliki akun media sosial di era digital merupakan suatu keharusan bagi politisi agar senantiasa bisa langsung bersinggungan dengan konstituennya.
Tahun 2018 ini merupakan tahun kegaduhan karena diselenggarakannya pilkada serentak di 171 daerah, sekaligus penyambutan pemilu serentak yang akan diselenggarakan tahun depan. Walau secara resmi belum ada penetapan waktu resmi berkampanye untuk pemilu, sejumlah partai dan politisi telah melancarkan ‘serangan’ di dunia maya untuk meningkatkan awareness khalayak terhadap citra partai dan figur calon presiden dan wakil presiden.
Ada beberapa keuntungan bagi partai dan politisi jika memanfaatkan konten receh sebagai salah satu cara kampanye politik:
Pertama, berselancar di internet merupakan kebiasaan kaum muda, utamanya generasi milenial dan Gen Z (yang kebanyakan masuk dalam kategori pemilih pemula). Konten receh merupakan kreasi yang kebanyakan diciptakan oleh dua generasi ini, dan secara aktif mereka pun turut pula menyebarkannya di beragam media sosial hingga menjadi viral.
Pemilu 2019 nanti akan didominasi oleh kaum muda yang berusia di bawah usia 35 tahun. Dari perkiraan 196,5 juta pemilih yang didata oleh Kementerian Dalam Negeri, 55% di antaranya adalah pemilih muda (termasuk pemilih pemula). Oleh karena itu, amat penting bagi partai dan politisi untuk menggaet para pemilih muda dengan konten-konten kampanye yang relevan dengan tren anak muda kekinian.
Kedua, konten receh tentunya sangat menghemat biaya kampanye. Persebarannya yang menggunakan medium internet tidak mengharuskan partai/politisi membayar biaya iklan yang cenderung mahal seperti ketika beriklan di televisi atau koran.
Ketiga, konten receh yang menjadi viral secara tidak langsung akan membangun citra yang bisa berdampak positif bagi partai/politisi tanpa (lagi-lagi) harus membayar konsultan citra dengan biaya yang relatif mahal. Contohnya seperti Calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang dikenal konsisten mengepos konten receh di akun Instagramnya. Konsistensi ini pada akhirnya menjadikan figur Ridwan Kamil sebagai politisi yang identik dengan kaum muda.
Jangan Pandang Receh Konten Receh
Potensi konten receh sebagai salah satu bentuk komunikasi, terutama marketing, masih belum banyak disadari. Kesan yang timbul dari konten receh masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak serius, candaan, dan bermakna dangkal. Padahal justru konten receh berpeluang untuk terus menancap di pikiran audiens, apalagi jika konten tersebut sampai viral.
Namun bukan berarti segala penyampaian pesan harus melulu disampaikan dalam bentuk konten receh. Ada kalanya untuk pesan yang lebih kompleks, seperti pemaparan data statistic, harus menggunakan infografis dan sebagainya. Tinggal bagaimana si komunikator mengkombinasikan cara penyampaian pesan agar efektif menjangkau khalayak.