Palestina Yang Dibungkam di Media Sosial

Penyensoran di media sosial yang dialami oleh aktivis dan pejuang kemanusiaan di Palestina adalah bentuk ketidakadilan. Namun apakah Facebook, Instagram, dan Twitter berhak untuk melakukan penyensoran dan penghapusan akun yang terkait dengan perjuangan rakyat Palestina?

(Masih Tentang) Kebiadaban Netizen +62

Terlepas dari kepercayaan agama dan kebajikan moral dalam memandang hubungan percintaan sesama jenis (lesbian dan gay), menyerang hingga mengancam seseorang lewat media sosial lantaran perbedaan preferensi seksual seseorang adalah suatu tindakan kriminal yang tidak bisa ditolerir. Adalah Suriya Koedsang, seorang pria Thailand, yang mengepos momen pernikahan sesama jenis di laman Facebook pribadinya. Postingan tersebut kemudianLanjutkan membaca “(Masih Tentang) Kebiadaban Netizen +62”

Memperbaiki Keberadaban Netizen +62

Baru-baru ini Microsoft mengeluarkan data Digital Civility Index yang mengukur keberadaban aktivitas digital di seluruh dunia. Pengukuran ini sudah dilaksanakan sejak lima tahun silam, dan tiap tahun jumlah negara yang menjadi responden mengalami kenaikan. Tahun ini ada sekitar 32 negara yang disurvei oleh Microsoft. Secara global, indeks keberadaban aktivitas digital mengalami peningkatan menjadi lebih beradabLanjutkan membaca “Memperbaiki Keberadaban Netizen +62”

Demokrasi yang Rusak Karena Buzzer

Aktivitas para buzzer telah merusak demokrasi dengan mengancam kebebesan beropini dan mengkritik pemerintah. Bahkan figur seperti Kwik Kian Gie pun takut diserang buzzer saat mengkritik kebijakan pemerintah. Lalu bagaimana cara menangkal narasi yang dibangun buzzer?

Daebak, Oppa & Unnie

Tahun ini adalah tahun para K-Popers. Percakapan para fans budaya pop Korea tersebut di media sosial yang berkaitan dengan isu sosial-politik malah semakin menambah ramai dan dukungan terhadap isu tersebut. K-Popers pun kini menjadi sepasukan kelompok di media sosial yang mengawal isu-isu sosial, kemanusiaan, dan politik.

Oh, ‘Netijen’!

Peringatan Keras: Artikel ini ditulis saat Penulis berada dalam keadaan emosional yang dipicu oleh komentar-komentar netizen idiot negara +62 yang bersentimen rasis. Penulis adalah penentang keras patriarkisme dan rasisme. Maka dari itu diharapkan pemakluman dari pembaca. Semoga dapat dimengerti. Beberapa waktu ini, relung maya Indonesia dihebohkan oleh cuplikan video Sidang Umum PBB yang menampilkan pernyataanLanjutkan membaca “Oh, ‘Netijen’!”